Saturday, September 17, 2005
hey,y'all...ini ada cuplikan bab pertama novel terbaru aku yang insya Allah akan dikirim ke Terrant Books...kalo ada kritik en saran,box comment masih penuh kok...Bab Satu
of
She Will Be Loved
“Rizal...!”
Tante Ghia, mama Rizal, memanggil anak laki-laki satu-satunya ini. Rizal yang baru saja cabut dari dapur sambil menggenggam kaleng Pepsi langsung nengok. Ia pun kembali berjalan ke dapur sambil sebelumnya membuka kaleng minuman berkarbonasi tersebut.
“Ya, Ma?” jawabnya.
“Kamu bisa nggak jemput April di Cascadi Center trus anter dia pulang? Katanya dia mau beli wangi-wangian buat project di sekolah.” Tante Ghia bertanya to the point.
Rizal menatap ibunya ini heran. “Lah? Kenapa emangnya? Bukannya tadi dia dianter sama Mbak Nova?”
“Mobilnya mogok. Tadi langsung dibawa ke bengkel sama tukang bengkel langganan dia. Kamu bisa jemput dia, kan? Sebentar aja, kok. Abis itu kamu pulang.”
“Cuma jemput doang, nggak pake acara belanja dan aku yang bayarin, kan?” Rizal memastikan.
Tante Ghia menghela napas panjang. Anaknya yang satu ini emang keras kepala! “Iya, cuma jemput doang! Udah sana, cepetan kamu ganti baju! Masa pake baju begituan?”
Rizal menatap dirinya, begitu juga Tante Ghia. Saat itu Rizal sedang mengenakan sebuah T-Shirt dari Citibank—tempat ayahnya, Oom Wirya, bekerja—bertuliskan ‘Experience Jakarta’ yang agak kumal dan sebuah celana pendek Nike diatas lutut berwarna navy blue. Benar-benar just-wake-up look.
“Yeee... emangnya kenapa kalo pake baju ini, Ma? Kan cuma jemput April doang,” tepis Rizal yang merasa bahwa penampilannya oke-oke saja untuk menjemput adik bungsunya ini.
“April nggak sendirian, Nova juga ikut sama dia, Rizal,” koreksi Tante Ghia. “Memangnya kamu mau diejek adikmu itu soal penampilan kamu?”
Nova adalah anak sulung di keluarga Rizal, sedangkan April dalah anak bungsu alias adik kedua Rizal yang doyan banget belanja dan mulutnya pedes banget kalo udah ngomentarin soal penampilan orang lain. Selain Nova dan April, ada juga cewek lain di keluarga Rizal, yaitu Safira atau akrab disapa Fira, anak ketiga alias adik pertama Rizal. Yap, hanya ada dua cowok di keluarga Rizal, yaitu Oom Wirya dan Rizal sendiri. Sedangkan perempuan di keluarga Rizal, weleh-weleh... ada Tante Ghia, Nova, Safira, dan tentu saja April.
Rizal hanya bisa menghela napas pasrah mendengar perkataan Tante Ghia barusan.
“Biar rapi, lagi. Udah sana, kamu cepetan ganti baju! Tadi April sudah telepon lima kali, lho, minta dijemput,” tutur Tante Ghia melanjutkan.
“Hmm...!” Rizal hanya bergumam (agak) kencang tanda ia akan menuruti perintah ibunya itu walau dengan ogah-ogahan. Ia pun berjalan menuju lantai atas sambil meneguk Pepsi-nya. Ia memang agak sebal selalu diperlakukan seperti seorang supir, disuruh anter-jemput kakak atau adiknya. Apalagi April, adiknya yang satu ini walau masih polos dan lugu, bisa berubah menjadi sangat ‘liar’ kalo udah ketemu dengan kata ‘shopping’. Nova emang nggak terlalu suka shopping, tapi kalo diajakin, ayo aja!
* * *
Sore itu Rizal mengenakan baju andalannya, T-Shirt putih bertuliskan ‘Rusty’ berwarna navy blue, celana jeans belel, dan sepasang sepatu Adidas karet tipe terbaru berwarna putih bergaris-garis hitam. Ia pun memberi sedikit sentuhan gel rambut di rambutnya yang berwarna hitam pekat itu. Perfect sudah penampilan Rizal hari ini!
“Aduh... kerennya anak Mama satu ini!”
Refleks, Rizal langsung nengok kearah suara tersebut. Seorang wanita yang bisa dibilang lumayan muda tengah bertengger di bingkai pintu kamarnya. Ia tersenyum, terlihat bangga.
“Mama ngagetin aja.” Rizal berkata pelan.
“Kamu udah siap?”
Rizal mengangguk sambil menatap reflection dirinya di kaca cermin. “Udah.”
“Tadi katanya nggak mau rapi-rapi. Kok sekarang rapi banget, sih?” tanya Tante Ghia dengan nada sedikit mengejek.
“Nggak ada salahnya kan untuk tampil sedikit rapi?”
Tante Ghia menepuk bahu Rizal perlahan. “Ya, deh... kamu tuh jago banget ya nepis kata-kata Mama. Ya udah deh, kamu cepetan pergi, ya. Nggak usah lewat Kebayoran, ntar macet. Kamu SMS Hazard FM aja, tanyain jalan arah Sudirman macet apa nggak—”
“Ya, Ma. Thanks for the advice,” potong Rizal dengan segera. Ibunya ini memang sangat protektif terhadap anak-anaknya dan nggak pernah pilih kasih. Semua anak-anaknya disayangi dengan sama.
Saking sayangnya, pernah waktu itu April tangannya kejepit pintu lift. Cuma kejepit doang! Itu juga cuma sekitar lima belas menit baru bisa keluar. Tante Ghia nangis-nangis terus! Sampe pingsan, malah. Makanya itu, terkadang Rizal memotong perkataan Tante Ghia karena kalo udah nasihatin anaknya kadang bisa bleber kemana-mana.
Tante Ghia hanya tersenyum menatap Rizal.
“Ma, Rizal pergi dulu, ya.” Rizal pun mengecup pipi kiri ibunya satu ini seraya mengambil dompetnya dan memasukkan ke dalam kantong celananya.
“Hati-hati.” Tante Ghia menasihati ketika anak laki-laki satu-satunya ini berjalan pergi menuju pintu dapur belakang yang di akses dari garasi. Rizal hanya mengangguk-angguk.
Perlahan, Rizal memasuki mobil Mitsubishi Lancer Evolution VIII-nya dan menyetel gasnya. Ia pun mengganti posisi gear-nya ke D alias Drive, dan melesatlah mobil hitam tersebut dengan kencang.
* * *
Saat mobil Rizal memasuki lapangan parkir basement Cascadi Center, lagu American Idiot dari Green Day pun terdengar. Dilihatnya layar kaca HP Nokia 3230 miliknya. Tertulis dengan jelas nama kakak sulungnya, Nova, dari layar persegi panjang itu.
Rizal: Ha—
Nova: DEK!! Gila lu nggak dateng-dateng! Sekarang kamu dimana? Udah sampe belon? Aku udah nungguin sama April daritadi ampe diliatin orang-orang! CEPETAN NAIK KE LANTAI EMPAT!!
Buset dah, baru angkat langsung kena semprot, gumam Rizal dalam hati sambil menjauhkan HP-nya dari telinga kanannya.
Rizal: Mbak, mbak...! Aku udah sampe, nih! Baru parkir!! Aku tungguin di lobby, Mbak sama April turun ke bawah, ya? Males nih naik keatas.
Nova: Ogah, emang gue babu lu? Kamu yang naik keatas, aku tungguin di lantai satu, deh. Di depan Sogo, ya?
Rizal: [menarik napas pasrah] Oke, deh. Harus tepat di depan, ya? Aku males masuk-masuk ke tempat cewek begitu.
Nova: [bergumam kencang] Ya...!
Sambungan pun terputus. Rizal menggelengkan kepalanya, lalu mulai berjalan pergi setelah sebelumnya mengunci mobil andalannya itu. Ia sebel banget. Semua parkir penuh, dan—setelah mutar-muter dan naik keatas-bawah—mendapatkan parkir di lantai basement paling bawah. Sedangkan dari situ ke lantai satu Cascadi Center saja memakan waktu sekitar sepuluh menit, setelah menaiki tangga sepanjang dua lantai dan menaiki lift.
Rizal mendengus kesal, lalu mengunci mobilnya setelah keluar dari mobil berkesan sporty tersebut.
...
nantikan lanjutannya, yah!
hasta la vista,
_oRyZa_
1:02 PM
Brushes